Jumat, 23 September 2011

Seks Bebas itu...BAHAYA!


Penyusun : Fatimah Aulia Rahma dan teman-teman

Penulis Artikel : Fatimah Aulia Rahma


     Seks bebas, mungkin sudah menjadi tradisi yang sangat biasa dilakukan oleh para remaja Indonesia, khususnya Remaja SMP dan SMA, baik atas dasar karena cinta, keinginan, atau faktor ekonomi yang mendorong para remaja Indonesia melakukan aksi senonoh tersebut.  Saat ini di Indonesia, banyak sekali kasus yang terjadi yang hubungannya terkait dengan perilaku seks bebas, seperti seorang siswi yang ketahuan hamil dan di keluarkan dari sekolah, seorang siswa yang ketahuan gurunya petting dengan kekasihnya, atau seorang siswa yang langsung di-skors gurunya akibat membuat video mesum dengan teman-temannya. Kasus-kasus tersebut telah berkembang dan semakin banyak terjadi dari hari ke hari. Bahkan, menurut hasil survei dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencara Nasional (BKKBN), 93, 7% , Remaja Indonesia pernah melakukan ciuman, petting, atau oral seks yang seharusnya jelas-jelas tidak boleh mereka lakukan! Apa yang sebenarnya terjadi dengan remaja Indonesia saat ini? Apa pengaruh pikiran mereka sehingga mereka bisa melakukan seks bebas? Bagaimana tanggapan para siswa-siswi SMP Vidatra tentang seks bebas? Bagaimanakah cara mereka menjaga diri mereka masing-masing agar tidak terjerumus ke dalam kontak seks bebas? Apakah dalam melakukan suatu hubungan (berpacaran) wajib melakukan hubungan badan untuk menyatakan kesetiaan? Berikut responnya.

     Pemberi respon pertama datang dari gadis manis bernama Syifa Arum Sari. Gadis berjilbab yang saat ini duduk di kelas IX C ini, mengungkapkan, “Seks bebas itu sebenarnya tidak di perbolehkan bagi para remaja karena seks bebas itu berbahaya bagi kesehatan,” kata gadis kelahiran Bontang, 9 April 1997 ini. Apakah dalam melakukan suatu hubungan (berpacaran) wajib melakukan hubungan badan untuk menyatakan kesetiaan? “Mmm...menurut saya, tidak juga. Karena dalam menyatakan kesetiaan dalam berhubungan (berpacaran) tidak mesti harus menggunakan seks bebas,” tutupnya. Meluncur ke tingkat bawah, ada Rosy Zenith. Gadis berkacamata dan penyuka volleyball ini berpendapat, “Menurutku, seks bebas itu nggak perlu, ya. Karena remaja itu masih butuh pendidikan untuk masa depannya,” kata gadis berpostur tinggi ini. Kalau berpacaran, apakah wajib melakukan hubungan badan? “Tidak, karena menurutku berpacaran itu hanya untuk kesenangan sementara, tidak harus merusak masa depan,” ucap Rosy, salah satu siswi kelas VII A ini, seraya tersenyum. Masih dalam satu angkatan kelas, ada Quinta Adelia Nastiti yang akan memberi respon. Menurutnya, seks bebas itu dilarang keras karena dapat menyebabkan kehamilan. “Sangat dilarang keras! Karena dapat menyebabkan kehamilan bagi para pelaku wanitanya,” tegas gadis yang mendiami kelas VII D ini. Quinta juga menambahkan bahwa dirinya juga lebih berhati-hati bergaul dengan teman-teman prianya. “Boleh sih, kita berteman dengan anak laki-laki, tetapi, kesopanan kita juga tetap harus dijaga. Kalau menurutku sih, ya, mendingan main sama teman yang terpercaya aja,” katanya seraya berlalu. Masih senada dengan lainnya, ada Nadia Rahmania yang akan mengungkapkan responnya. Gadis berkulit putih ini berkata, bahwa, “Seks bebas itu jelas-jelas sangat dilarang karena tidak baik dan dapat merusak moral!” jelas penghuni kelas VII C ini. “Selain itu, para pelaku seks bebas juga bisa terkena Virus HIV yang sangat berbahaya,” lanjutnya. Lalu, bagaimanakah pendapatnya, apakah dalam berpacaran wajib melakukan hubungan badan untuk menyatakan kasih sayang? “Tidak juga. Dengan cara yang lain, kan, bisa. Tidak harus menggunakan cara negatif yang nantinya dapat merusak moral bagi para pelakunya,” tandasnya.
     
    Pendapat terakhir kali ini, datang dari siswi kelas VIII E, SMP Vidatra, Frida Rasyid. Frida menjelaskan, bahwa, pada umumnya para pelaku seks bebas mendapat fikiran-fikiran ‘kotor’ seperti itu dari teman-temannya atau melihat video-video pornografi di situs internet. “Awal seorang pelaku seks bebas itu, pastinya dari fikiran-fikiran teman-temannya atau dia sendiri yang melihat langsung video porno di situs internet,” kata salah satu Anggota OSIS ini. “Apalagi kan, sekarang banyak tersebar di dunia maya tentang hal-hal seperti itu,” tambah Frida. Lalu, bagaimanakah cara Frida tersendiri melindungi diri agar tidak terjerumus ke dalam lingkup pergaulan seks bebas? “Kalau aku, ya, mendingan melakukan kegiatan menarik, main sama teman-teman, membaca buku, pokoknya melakukan kegiatan yang positif agar tidak terpengaruh dengan budaya seks bebas,” tutup gadis ini.
Gimana sih, Cara kita agar terbebas dan setia terlindungi dari pengaruh seks bebas?




5 komentar:

  1. Hehe...Kapan2. Abisnyaa, waktu itu kita belum sekelas siih...! Haha))

    BalasHapus
  2. Menjamurnya lokalisasi, warung remang-remang, hotel “short time” atau losmen “esek-esek”, salon plus plus, panti pijat plus, sauna plus, karaoke plus plus, atau diskotek dengan layanan khusus/VIP, setidaknya bisa dijadikan cermin perilaku (seks) masyarakat kita. Layaknya hukum dagang yang mengacu pada permintaan dan penawaran, demikian juga yang terjadi dalam layanan plus-plus. Tingginya jumlah pria hidung belang, maka menjamur pula wanita jalang pemburu uang.

    “Industri” seks pun merambah berbagai profesi: kapster, SPG, conter girl, sales marketing, hostes, caddy, bartender, waitress restoran, scoregirl, sekretaris, fotomodel, peragawati, artis, mahasiswi hingga siswi, siap menjadi gadis-gadis order, yang siap “dibawa” para “kumbang”.

    Terjunnya mereka di dunia seks komersial umumnya dilatarbelakangi ekonomi, meski ada juga yang awalnya yang “terlanjur” karena pernah jadi korban “lelaki”. Bahkan, faktanya dalam hal melacurkan diri ini, kini bukan hanya persoalan perut, bukan soal “menafkahi” keluarga, namun sudah perkara memenuhi gaya hidup. Hedonisme menjadikan mereka memburu kesenangan belaka. Asal bisa gonta ganti hp dan kendaraan, membeli busana bermerek dan aksesori mahal, mereka rela mengorbankan kehormatan diri atau menjadi simpanan bos-bos dan om-om.

    Tuturan di atas baru sebatas “jual beli”. Yang melakukan seks atas dasar suka sama suka, sex just for fun, atau sekadar mencari kepuasan pribadi, tentunya lebih banyak. Remaja/wanita hamil di luar nikah ada di kanan kiri kita, perselingkuhan sudah sering kita dengar, video mesum juga sudah bukan berita heboh lagi. Masyarakat seakan sudah abai atau malah justru permisif. Jika dahulu orang tua seperti dicoreng aibnya ketika anak perempuannya hamil di luar nikah, sekarang banyak orang tua yang justru bersikap biasa saja, bahkan cuek.

    Pacaran zaman sekarang juga jauh lebih “canggih”, karena remaja sekarang lebih paham tentang hal-hal yang terkait reproduksi, bahkan paham bagaimana menghindari cara dan waktu berhubungan seks yang berpotensi kehamilan.

    Tak berhenti hingga di sini. Seks bebas juga berkembang menjadi perilaku seks menyimpang: pesta seks, arisan seks, private party, incest (hubungan seks sedarah), hingga homoseksual. Lebih ironis, komunitas “maho” (manusia homo) berkedok demokrasi seks malah melembaga di negeri ini, mewujud dalam organisasi GAYa NUSANTARA.

    Padahal, yang namanya kasus-kasus menyimpang soal seks seperti fenomena gunung es; di permukaan saja sudah memiriskan hati, apalagi yang tidak tampak. Perkembangan teknologi (TV, internet, HP, dsb) yang mengekspos budaya mempertontonkan aurat menjadi sarana “ampuh” dalam menimbun hasrat seksual para remaja. Alih-alih disalurkan pada tempatnya (baca: menikah), yang terjadi, kejahatan seksual seperti pemerkosaan dan sodomi, malah merebak di mana-mana.

    Sistem pendidikan yang menempatkan agama sebagai suplemen, menjadikan anak bangsa ini miskin ilmu dan iman. Hal ini juga didukung dengan lemahnya pengawasan orang tua dan minimnya amar ma’ruf nahi mungkar.

    Ironi memang sedemikian bebasnya seks bebas di negeri yang mayoritas muslim ini. Bagi orang tua yang membiarkan putrinya bebas bergaul dengan laki-laki, bagi “ustadz-ustadz cinta” yang menghalalkan pacaran, bagi “dai-dai gaul” yang diam seribu bahasa dengan maraknya perzinaan di negeri ini, sadarlah, seks bebas mengepung kita!

    Komentar:

    Hendaklah kita bertaqwa kepada Allah, kemudian membentengi diri dan keluarga kita dari perbuatan keji dan mungkar. Ya Allah jauhkanlah kami dan keluarga kami dari perbuatan keji dan mungkar, baik yang nampak maupun yang tersembunyi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih atas komentar Bapak. Saya sangat menyetujui dengan apa yang Bapak jelaskan kepada saya. Semoga komentar Bapak bermanfaat bagi saya maupun orang-orang lainnya agar kita semua setia terlindungi dari pergaulan bebas maupun kontak seks bebas yang akhir-akhir ini semakin merajalela di Negara Indonesia yang kita miliki saat ini...

      Hapus